>

Selasa, 15 November 2016

Bukan Anak Baik untuk Orang Tua

*REFLEKSI DIRI*

Bagaimana bisa seorang anak,
Mengecewakan orang tuanya?

Bagaimana bisa seorang anak,
Menghancurkan harapan  orang tuanya?

Bagaimana bisa seorang anak,
Tidak pengertian kepada orang tuanya?

Bagaimana bisa seorang anak,
Memupuskan harapan orang tuanya?

Bagaimana bisa seorang anak,
Terus merepotkan orang tuanya?

Bagaimana bisa?
Apakah itu seorang anak?


Itulah beberapa kata dari banyaknya pikiran dalam benakku ini.
Teringat senyuman sepasang malaikat yang selalu ada dan tersenyum kepada anaknya, ia selalu menguatkan dan menyemangati anaknya, meskipun didalam hatinya memiliki beban yang disebabkan oleh kesalahan anaknya sendiri. Anaknya memang tidak tahu diuntung! tidak tahu diri! benar2 bukan anak yang baik! berapa banyak kesalahan yang ia perbuat? Orang tuamu susah payah membiayai sekolahmu, tapi apa yang kau lakukan?
sekolahmu pindah-pindah, bisanya menghabisi biaya orangtua!
Apakah kau beneran seorang anak?


Saya sadar , maafkan saya buu, paa, saya memang bukan anak yang baik. Terlalu banyak kesalahan yang saya perbuat. Memang sayya ga tau diuntung!, gatau diri!, bagaimana bisa saya mengecewakan orang tua saya sendiri. Saya memang salah, saya terlalu memikirkan diri saya sendiri. Saya merasa, mereka tersenyum untuk membuat saya tetap kuat dan tetap semangat untuk menjalani kehidupan, padahal didalam hati mngkin mereka sedih, kecewa melihat kelakuan anaknya, pikiran mereka juga bertambah, bagaimana cara membiayai anaknya, mereka harus memutar otak, dan mencari cara agar anaknya bisa kuliah sampai lulus.
Semestinya saya sadar, seharusnya saya tidak mengambil keputusan terburu2, semestinya saya memikirkan dampak jangka panjang dari keputusan yang saya ambil. Saya salah, saya hanya memikirkan nafsu ambisi gengsi saya, tanpa ingat orang-orang sekitar saya, menyesal? iya , tapi penyesalan selalu diakhir.
Sekarang baru saya berpikir,dan saya baru sadar, ketika saya telah mengambil keputusan untuk meninggalkan kampus POLBAN dan menginjakkan kaki masuk IPB, masa depan saya akan berubah, kehidupan saya juga akan berubah, segala kebahagiaan, kesenangan, dan keindahan di kota Bandungpun akan sirna, kebahagiaan orang tua pun ikut sirna, keluarga dan sahabat saya di bandungpun akan menghilang, tapi mengapa saya baru memikirkannya sekarang?

Pelajaran pertama, Hidup memang berat, janganlah kalian meremehkan dalam mengambil keputusan. Itulah yang terjadi pada saya, saya terlalu meremehkan segala sesuatu, saya anggap gampang, gimana nanti, padahal hidup yang baik itu adalah hidup yang sudah terencana, bukan seperti saya, yang semuanyya keputusan diakhir, terlalu mendadak dan ceroboh, sehingga merugikan hidup saya sendiri dan keluarga saya.

Sekarang, yang membuat saya sedih adalah fakta. Jika saya matang dalam mengambil keputusan mungkin sekarang saya masih bahagia hidup di Bandung. Faktanya begitu, jika saya berpikir ulang, bayangkan berapa banyak kerugian yang ditanggung keluarga akibat keputusan saya ini?

Hari ini saya ingat sebuah fakta yang menyedihkan, ayah saat ini (2016) berumur 54 tahun, ia seorang PNS, tulang punggung keluarga, dan tentunya yang membiayai saya. Seorang PNS pensiun di umur 56 tahun, artinya ayah saya 2 tahun lagi pensiun yaitu di tahun 2018, jika saya tetap di POLBAN, saya akkan lulus di tahun 2018, dan itu tepat pada saat ayah saya pensiun, artinya saya bisa menggantikan ayah saya sebagai tulang punggung keluarga. Itu fakta yang menyedihkan bagi saya, ditambah saya ingat, ayah saya sangat bahagia ketika saya diterima di POLBAN tahun 2015, saya mengira ia bahagia karena saya masuk teknik, tepatnya d3 teknik listrik, karena teknik masa depan cerah, lulus bisa langsung kerja di BUMN seperti pertamina, pln,ip, ks, dll. Tetapi saya salah, ternyata bukan itu saja yang membuat ayah saya sangat bahagia dan mengandalkan saya di POLBAN,  kalau saya tahu hatinya beliau, ia mungkin berpikir kelulusan saya di POLBAN nanti(2018) bisa menggantikannya sebagai tulang punggung keluarga, dan itu yang sangat membuat saya menyesal dan sangat sedih, karena saya tahu ayah saya begitu berharap kepada saya, dan ditambah satu lagi, saat saya lulus, adik saya yang kedua masuk kuliah, dan itu benar2 strategis tapi saya malah memupuskan harapannya :(.  Saya juga ingat ketika ayah raut wajahnya berbeda saat saya mengambil keputusan pindah ke IPB, mustinya saya sadar itu kode darinya, tapi Ibu tetap mendukung dan membebaskan saya , ayah juga membebaskan, hingga saya percaya diri dan merasa benar, pikiran saya hanya di penuhi dengan gengsi dan pada akhirnya ayah dan ibu juga menyemangati saya, saat itu saya benar2 tidak berpikir rasional, semua keputusan bergantung perasaan. Saya yakin itu semua takdir, takdir yang baik jika saya mengambil keputusan dengan benar. tetapi saya salah! saya bener2 salah! memang benar saya udah ga pantes jadi anak yang baik! saya bener2 buruk! Jika saya saat itu berpikir demikian, mungkin saya tidak akan seperti ini dan itu semua akan terwujud. Itu adalah penyesalan terberat saya yang membuat saya kesal dan membuat hidup saya prustasi saat ini.

Saya benar2 menyesal!
Sungguh menyesal!
Semua ini harus dijadikan pelajaran dan jangan terulang!

Hingga saat ini mereka tetap menyemangati saya, walaupun saya berbuat kesalahan yang fatal. Ssemoga mereka dilancarkan rezekinya dan tetap ada dan bisa membiayai saya hingga saya lulus dan saya bBERJANJI akan sukses, membahagiakan orang tua saya dan menjadi tulang punggung keluarga.
Saat ini saya bingung apakah saya lanjut kuliah di IPB, atau masih bisakah saya kembbali ke POLBAN. Itu harapan dan benar2 berharap. sebenarnya masih banyak cerita menyedihkan dalam benak saya, itu hanya 1/4nya saja, belum semuanya. Dari awal 3 SMA hingga sekarang kuliah pindah2, hidup saya belum benar, dan kacau dan banyak cerita dalam perjalanan hidup saya.

Terima kasih ya Rabb engkau telah memberiku seorang ibu dan ayah yang selalu menguati anaknya, menyemangati anaknya, dan berusaha melakukan yang terbaik untuk anaknya  meskipun anaknya lemah dan selalu berbuat salah, tapi ia selalu menutupi kesalahan anaknya.Selalu berikan kesehatan kepada mereka ya Rabb.. Limpahkanlah rahmat dan kebahagiaan kepada mereka Amiin...

Pelajaran lain dalam cerita ini adalah, usahakan konsultasi kepada orang tua mengenai jurusan dan masa depan kalian, jangan ambil sendiri keputusan, harus musyawarah, dan jika seperti saya orang tua membebaskan, jangan terlalu senang, karena kebebasan juga bisa jadi musibah seperti saya, intinya tetap harus konsultasi, musyawarah kepada orang tua dalam mengambil keputusan yang menyangkut masa depan

*Ini Refleksi diri, curahan hati dan penyesalan dari diri gw, sehingga tolong jangan berbuat SARA harap dimaklum karena blog pribadi.

Selanjutnya >> - Bukan Anak Baik untuk Orang Tua

Senin, 25 Juli 2016

Apa Kabar?

Sudah hampir dua tahun lebih gue ga pernah posting di blog lagi. Dan sekarang gue hadir dengan kehidupan yang berbeda, gue akan jarang memposting di blog mengenai pengetahuan, teknologi dll. dan sekarang gue akan memposting mengenai diri gue sendiri, cerita gue dan pengalaman buruk dalam hidup gue. Semoga nantinya gue harap bisa bermanfaat bagi orang banyak

Sebelumnya gw belum pernah memposting laman blog mengenai cerita/kehidupan gw. Itu mungkin dikarenakan hidup gw selama ini yang berada di zona nyaman.
Tapi itu dua tahun yang lalu. Dimana, sehari-hari gw hidup dengan normal, tanpa masalah dan bahagia. Selama ini gw terlalu menikmati hidup gw yang pendiam ini. Orang-orang di sekeliling gw selalu ramah dan membuat gw nyaman. Soal akademik, alhamdulillah gw di SMA tidak terlalu buruk, dan alhamdulillah di rumah, orang tua gw selalu baik sama gw. Alhamdulillah juga selama ini Allah Swt. masih sayang sama gw, Ia belum pernah memberi cobaan yang berat sama gw.

But it is Two Years Ago

Sayangnya, setahun belakangan ini akhirnya gw mendapat cobaan yang berat, sekarang hidup gw udah berubah. Kebahagiaan gw yang dulu udah hilang. Dikarenakan kesalahan gw sendiri. Memang manusia itu tak luput dari kesalahan. Tapi Mungkin ini takdir atau nasib gw yang kurang beruntung?
So see next time

 Menentukan Kehidupan Setelah SMA itu Gak Mudah
dan ITU PAHIT!

To Be Continued...
Selanjutnya >> - Apa Kabar?